Jagalah Perasaan Orang Tuamu

(Dikutip dari salah satu group fb tentang Bunda Maria)

Seorang ayah sedang duduk bersama anaknya yang berumur 16 tahun di depan rumahnya. Kebetulan di depan rumahnya merupakan sebuah taman yang agak luas. Tiba-tiba seekor burung gagak hitam bertengger di salah satu pohon yang ada di taman tersebut. Sang ayah bertanya kepada anaknya.

"Burung apakah itu nak?"
"Itu burung gagak, Yah."

Setelah menjawab demikian, sang ayah pun terdiam sejenak. Tiba-tiba, ia berkata lagi kepada Anaknya.

"Burung apakah itu nak?"
"Itu burung gagak, Yah." jawab sang anak.

Sang ayah pun menganggukkan kepala, dan hening sejenak. Namun beberapa saat kemudian ia bertanya lagi kepada anaknya.

"Burung apakah itu, Nak?"
Sang anak menjawab dengan nada agak kesal "Itu burung gagak, Ayah.."

Setelah itu, lagi-lagi sang ayah bertanya pertanyaan yang sama kepada anaknya, dan anaknya menjawab dengan nada sedikit marah, "Ayah, aku sudah berkata bahwa itu burung gagak!"

Beberapa saat kemudian, sang ayah bertanya pertanyaan yang sama kepada anaknya untuk ke 5 kalinya. Dan sang anak sudah benar-benar marah, ia menjawab pertanyaan ayahnya seperti ini.
"Ayah! Sudah 5 kali ayah bertanya demikian, dan sudah 5 kali pula aku menjawab pertanyaan-pertanyaan ayah! Bahwa itu adalah seekor burung gagak! Aku tidak mengerti, apakah ayah tidak pahan atau bagaimana!?"

Sang ayah langsung terdiam setelah mendengar jawaban anaknya itu, dan setelah itu sang ayah masuk ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian, ia keluar kembali sambil membawa sesuatu yang dipegang di tangan kirinya, ternyata adalah sebuah diary ayahnya.

Sang ayah menunjukkan tulisan yang pernah ia tulisnya, kira-kira seperti ini tulisan itu.

Sabtu, 15 November 1994
Aku sedang duduk di depan rumahku bersama anakku yang saat itu berumur 5 tahun. Ketika itu ada seekor burung gagak hitam hinggap di salah satu pohon. Anakku bertanya kepadaku "Ayah, apakah itu?" dan aku menjawab "Itu burung gagak, Nak."
Anakku bertanya pertanyaan yang sama sampai 25 kali, namun karena rasa cintaku yang amat sangat ku jawab pertanyaan itu, agas suatu hari kelak dapat menjadi pelajaran yang dapat dia petik.

Begitulah isi diary sang bapak. Setelah itu sang bapak berkata kepada anaknya.

"Lihat anakku, engkau bertanya sampai 25 kali, dan dengan penuh rasa cinta aku menjawabnya. Namun kepadamu, aku baru bertanya 5 kali, engkau sudah marah kepadaku."

Seketika sang anak berlutut di depan ayahnya dan meminta maaf.

Jagalah perasaan orang tuamu, karena mereka sudah memberi apa yang kita minta disaat kita belum bisa apa-apa hingga sekarangpun kita tidak mungkin tidak membutuhkan mereka.

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger